Sabtu, 21 Februari 2009

SenJa (BerDua) BerSaManYa

Siang itu, 07 Januari 2008, gerimis melanda kota. Langit begitu hitam menghadirkan mega-mega mendung yang surutkan teriknya matahari, yang semestinya bersinar terang hari ini. Tidak seperti biasanya, siang ini ada hati seorang pria yang mengalami kegelisahan. Gelisah atas hujan yang turun tanpa henti. Padahal tidak seperti hujan-hujan sebelumnya. Ia tidak pernah merasa peduli dengan hujan atau tidak. Selain itu, dalam hatinya berkecamuk sejumlah perasaan yang belum pernah ia rasakan pula. Yang jelas, satu sisi ia merasa gelisah dan cemas atas hujan ini namun sekaligus ia pun merasakan ada getar-getar kegembiraan yang tidak pernah ia rasakan dan temukan sebelumnya.
Sesudah makan siang, gerimis masih saja melanda kota ini. Tanah-tanah basah. Dedaunan pun basah. Semua basah. Hawa dingin pun menusuk tulang membuat rasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Ia pun mengalami hal yang sama. Ia langsung menuju kamar, tempat istimewa, tempat yang paling ia suka. Tak lama kemudian komputer dinyalakan dan diputarnya tembang-tembang cinta, seolah mau mengungkapkan perasaannya. Memang, banyak orang bilang, kalau lagu-lagu mampu mewakili perasaan seseorang. Entah bahagia maupun sedih. Pokoknya, lagu-lagu itu mampu merangkumkan perasaan seseorang yang tidak terungkapkan dengan kalimat-kalimat lugas lainnya. Mungkin inilah yang tengah dialami oleh pria itu. Ia mengalami hal yang sama sebagaimana kebanyakan orang alami, yakni ada sejumlah perasaan yang tak mampu terungkapkan dan cukup terwakili dengan sekedar kata-kata gembira, atau senang dan lain sebagainya. Ah, mungkinkah pria itu sedang jatuh cinta?.
Tak lama kemudia handphonenya bergetar. Ada pesan masuk. Tertulis dalam pesan itu sebuah nama yang amat ia kenal. Tak menunggu lama, ia langsung mengambil handphone itu dan membacanya perlahan.
“udan-ne jadi ga?”
Tanpa maksud menjawab secara langsung, ia menuliskan begini :
“ Engga pa2. Hjan’a ga bsar koq. Smoga ntar dah reda. U dah bawa helm to?. Oh ya Tp, mnurtmu sndr bgaimn?” tanpa pikir panjang dan banyak pertimbangan ia langsung sending saja pesan itu.
“Ya Bawalah, ya kalo Nindya cih ga mslh santai getoloh, tapi ntar plge Nindya anter ke t4 krj q lag ya cz jam 08.30 ad tmn mau ket4 krj ok”
“Yap”. Akhirnya jadi juga kami bertemu senja nanti. Meskipun hari masih dilanda gerimis dan langit tampak tidak begitu ceria. Tapi hatinya sendiri tak menampakkan hal itu. Ia tampak bahagia. Dan telah mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Sepeda motor di tangan. Uang dikantong. Dan segenggam keberanian telah menggumpal menjadi sebentuk hasrat yang mesti ditumpahkan. Inilah sebuah peristiwa yang telah lama ia nanti. Dinner bersama seorang gadis yang sangat ia sayang, berdua. Sebagaimana ia kerap membayangkannya setiap malam. Ini adalah hari kebahagiaan baginya. Yang mungkin tak akan bisa ia lupakan.
Siang ini, ia menghabiskan waktu bersama lagu-lagu cinta. Ia mencoba membangun suasana yang romantis dalam dirinya. Maklum ia sendiri cukup gugup apabila bicara soal cinta. Ia ingin menghadapi senja ini berdua seperti dalam sinetron-sinetron yang pernah ia lihat atau kisah percintaan ala korea yang tak jarang membuatnya “mupeng”. Ia tidak tidur siang. Ini beda dari biasanya. Maklum, kalau soal tidur ia jagonya, sampai tak tau waktu. Bisa-bisa ia kebablasan sampai malam dan tak jadilah kencannya senja ini. Ia telah mengambil keputusan itu dengan tepat. Tanpa berpikir-pikir lagi , ia habiskan waktu dalam kesendirian sampai waktu yang ia nantikan mendekati dirinya.
Angannya telah merangkak jauh, sejauh terik yang berganti senja. Lama tetapi pasti. Berbagai macam cerita telah ia persiapkan. Berbagai bahan obrolan telah ia rancang. Ia beranggapan bahwa jangan sampai dalam perjalanan bersama dengannya berlalu dengan sia-sia. Jangan sampai sedetikpun berlalu tanpa menyisakan kenangan. Ia telah merencanakan semuanya dengan mantap. Ya…mungkin inilah gejolak kawula muda yang dilanda cinta dan akan berkencan bersama seorang gadis yang sangat ia sayang dan cinta.
Berulang kali tangannya mengambil handphone yang tersanding di depannya. Apa yang ia lihat. Oh, ternyata masih satu jam lagi. Demikian ia lakukan berulang kali. Tak sabar rasanya menunggu sampai jam 16.30. dan matanya pun berulang kali mengamat-amati weker yang ada di depannya, tepat di bawah komputer miilknya. Seakan ingin memastikan kembali, apakah waktu yang ditunjukan dalam handphone benar adanya.
“Huuuh…” sesekali ia menghela nafas panjang. Setelah mengetahui bahwa waktu yang ia tunggu masih begitu lama. Ia jadi tahu bagaimana rasanya menunggu. Mungkin benar kata orang, menunggu adalah saat-saat yang membosankan.
“Nanti lwt per4an bangjo kekanan trs nnt ad per3an ambil kanan lagi trs ad per4an kecil ambil kanan dikit tar dikiri jln ad ruko planet square yg ad pohn palm’a”. sebuah pesan kembali masuk.
“Ok…ntar aq sms u. U aktifkan trs hp u ya”. Sebagai balasan dengan harapan ia akan dapat menemukan tempatnya dengan segera. Maklum ini adalah kali pertama ia menuju tempat Nindya bekerja. Semenjak ia tahu bahwa Nindya bekerja di situ. Tak pernah sekalipun ia menyempatkan waktu mengunjunginya. Senja ini adalah kesempatan terbaik baginya untuk bertandang menemuinya.
Benar juga sebagaimana ia harapkan. Gerimis perlahan mereda meski masih menyisakan mendung pada langit-langitnya. Dedaunan mulai mengering, tinggal sisa tetesnya saja yang berguliran menuju tanah. Tanah-tanah basah dan penuh genangan air perlahan-lahan pun mengering. Airnya menyusut dan menyisakan bopeng, seperti tato emping alias panu yang menempel pada kulit manusia, pada bekas genangan. Haha…...lucu juga membayangkan genangan itu seperti tato emping. Hujan telah reda. Hatinya kian bahagia-berbunga-bunga. Semangatnya berbinar dan tak kalah degup jantungnya pun berlarian mengucurkan peluh kecemasan (alias grogi).
Waktu telah menunjukan pukul 16.30 WIB. Disambanya handuk yang nangkring di gantungan dekat pintu masuk kamarnya beserta alat mandinya. Bergegas menuju kamar mandi. Ia tidak ingin kalau Nindya menunggu terlalu lama. Maka, tidak beberapa lama kemudian, ia telah keluar dari kamar mandi dan sedikit berlari menuju kamar untuk berganti pakaian. Waktu masih cukup baginya untuk berdandan mempersiapkan segala supaya terlihat pantas dipandang. Sekedar parfum ia semprotkan ke tubuhnya.
"emm....wangi....." gumamnya dalam hati.
Tidak lama kemudian, berangkatlah ia dengan semangat dengan motor pinjaman bahkan tanpa surat-surat yang lengkap. Ya, terang saja, STNK motor itu sedang diperpanjang. Dengan modal nekat, ia memberanikan diri untuk tetap berangkat dengan motor tanpa surat-surat itu. Dengan harapan akan berjalan aman-aman saja. Kendati sebelumnya, ia pun telah meminjam kepada salah seorang temannya yang lain. Tapi, ia tak menghiraukannya lagi. Ia telah memutuskan untuk menanggung segala resiko yang akan ia hadapi.
“Ketilang yo wis” begitu gumamnya dalam hati saat dalam perjalanan menuju tempat Nindya.
Keberangkatannya berjalan lancer. Kendati sempat kesasar juga. Namun dengan segera ia menemukan tempat yang mereka sepakati.
“Nindya aq dah di dpn planet square. U dimn?” Ia menuliskan pesan itu untuk Nindya. Dan tak berapa lama kemudian, seorang perempuan keluar dari sebuah coffee caffe. Senyum terpancar dari wajahnya yang manis, sembari melambaikan tangan mulusnya. Ia pun tersenyum, malu. Jantungnya berdetak semakin keras.
“Gila..semakin cantik saja dia. Rambutnya ia ikat rapi. Tak lupa tas hitam yang ia suka melekat ditubuhnya”. Gumamnya dalam hati sembari mendekati Nindya.
“hai….koq cepet banget tahu tempat ini, ter”
“ya iyalah. Aq gituloh. Aku kan sering main, dolan-dolan”
“Nindy….mau kemana niech..?” Ia sedikit bingung untuk mengawali pembicaraan ini. Ternyata engga mudah saat bertemu langsung dengan orangnya. Berbagai macam rencana yang telah ia persiapkan berlalu begitu saja. Untuk itu, ungkapan-ungkapan spontan lebih kerap muncul. Dan ini benar-benar mengagumkan, bahwa akhirnya mereka bisa berbincang bersama dengan asyiknya.
Ia dan Nindya pergi berdua. Mereka pergi menuju tempat yang sangat istimewa. Hanya berdua.

Jogja, 10 Januari 2008
atas sebuah kisah yang pernah terjadi pada 07 Januari 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar