Sabtu, 21 Februari 2009

JeSus cHriSt SuPeRsTar


(InterPretasi Atas Film "Jesus ChRist Superstar")


Jesus Christ Superstar (Norman Jewison, 1973) merupakan film musical, yakni film yang dikemas ala opera music rock. Film Jesus Christ Superstar mengisahkan tujuh hari hidup Yesus yang menampilkan tokoh-tokoh sentral seperti Yudas Iskariot, Maria Magdalena, Annas dan Kayafas, Ponsius Pilatus dan Herodes, Petrus dan Simon Zelot. Kisah hidup Yesus sampai pada matinya di salib diceritakan melalui syair-syair lagu yang dinyanyikan semua pemain, lengkap dengan iringan music rocknya yang kental. Selain itu, film tersebut menampilkan aspek modern, tidak seperti film Yesus yang lain, terlihat dari kostum yang dikenakan para pemainnya. Paling kentara misalnya Yudas. Yudas yang berkulit hitam (representasi pengkhianatannya) mengenakan kostum merah dan syal ungu yang melekat pada tubuhnya. Demikian pula pada tokoh-tokoh lain, yang dikemas amat apik nan modern. Saat melihat film ini, saya menemukan banyak percakapan dan perhelatan dengan Yudas pada awal dan akhir, disertakan pula pujian Simon Zelot, kritikan pedas dari Anas dan Kayafas, peristiwa perjamuan, penangkapan Yesus, siksaan, kematian Yudas, sampai pada kematian-Nya di salib. Yesus dihujani interogasi.
Jesus Christ Superstar kiranya berusaha menampilkan pribadi Yesus yang manusiawi. Aspek kemanusiawian Yesus inilah yang amat ditonjolkan. Tidak ada peristiwa mukjizat yang diperbuat oleh Yesus. Segala peristiwa yang ditampilkan Yesus apa adanya, sehingga amat logis dilakukan oleh manusia biasa. Yesus tampil dengan wajah penuh senyuman, kegembiraan, ada rendah diri sebagai manusia, Salah satu contoh kekentalan Yesus adalah kebersamaan-Nya bersama para murid, dan penderitaan yang dialami-Nya, yang mengantarkan-Nya pada salib. Teristimewa perjumpaan-Nya dengan Yudas dan Maria Magdalena. Ada sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Maria Magdalena yaitu “'I Don't Know How to Love I-Fun' mungkin mau menggambarkan cintanya kepada Yesus. Dia sendiri merasa heran atas cinta yang dimiliknya, mengagetkan dan memalukan, karena dia memiliki banyak lelaki sebelumnya '….had so many men before'.

Disisi lain, peran-peran Yudas mau menggambarkan kemanusawian Yesus. Yudas yang selama ini dipahami sebagai penkhianat Yesus ternyata tak digambarkan sama. Yudas setelah mati, ia mengenakan pakaian serba putih bersama dengan paduan suara surgawi. Dan secara tegas, Yudas mau menggambarkan Yesus “superstar” hanyalah manusia biasa.

Benar bahwa menonton film Jesus Christ Superstar membawa kita pada kemanusiaan Yesus yang nyata. Satu sisi hal ini memberi wacana atas kemasuk akalan hidup Yesus yang dipahami sebagai penyelamat manusia. Peristiwa mukjizat serta kebangkitan yang lekat dalam hidup Yesus (sinoptik), dan menampilkan keillahiannya, tidak jelas terlihat dalam film ini. Buktinya terlihat dalam film ini bahwa setelah Yesus di salib. Ia di tinggalkan sendiri. Dalam kebisuan para pemain yang perlahan pergi meninggalkan dirinya. Sendiri.

Tentu saja mengajak kita semua untuk berefleksi mengenai siapakah Yesus bagiku, apabila mengamati Yesus yang sedemikian manusiawinya. Bagi saya sendiri, setelah menonton film ini, film Jesus Christ Superstar memberi perspektif baru untuk mengenali kemanusiaan Yesus. Semoga keyakinan serta kemendalaman relasi dengan Yesus semakin mendalam dan mendapatkan warna yang indah. (Kristologi, by Tri Kusuma)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar