Sabtu, 21 Februari 2009

‘MINUM DARI MULUT’
Paham Gnostisisme dalam Injil Thomas Logia 108


“Yesus berkata: Siapa yang minum dari mulutKu ia akan menjadi sama seperti Aku; dan Aku sendiri akan menjadi sama seperti dia; dan hal-hal yang tersembunyi itu akan dinyatakan kepadanya”[1].

Pengantar
Di antara dokumen-dokumen di Nag Hammadi-Mesir yang ditemukan oleh Muhammad Ali al-Samman pada Bulan Desember 1945, terdapatlah Injil Thomas yang menjadi salah satu dokumen yang paling banyak dibicarakan hingga saat ini. Injil ini dianggap paling penting di luar kanon Kitab Suci Kristiani karena dari 114 logia tanpa narrative framework sebagai isi dari injil ini, lebih dari setengahnya[2] paralel dengan 4 injil kanonik. Menarik bahwa Injil Thomas ini tidak berbicara soal salib dan kebangkitan Yesus, tidak ada dosa dan penebusan[3].

Salah satu kekuatan yang mewarnai injil ini sehingga tidak dikategorikan sebagai injil kanonik oleh Gereja adalah paham gnostik yang menjadi jiwanya. Konsep keselamatan dalam injil ini terkait dengan soal memahami pengetahuan yang tersembunyi. Penulis akan meneliti logia 108 sebagai jalan masuk untuk memahami kriteria pengetahuan macam apa yang menjadi patokan keselamatan kaum gnostik.

1. Apa itu Gnostisisme?
Gnostisisme adalah sebuah aliran dualistik yang memandang bahwa dunia ini terdiri atas dua dunia yaitu dunia material yang jahat dan dunia rohani yang baik. Aliran ini mengklaim bahwa dunia (material) adalah tempat yang jahat, diciptakan oleh Tuhan yang jahat dan yang berbeda dari Tuhan yang benar dan esa. Paham ini berkembang dan sangat berpengaruh sekitar abad 2 M dan 3 M.

Pengikut gnostik Kristen menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan yang esa itu, dan sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini. Yesus Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut gnostik mengenai hakekat diri mereka yang sebenarnya. Yesus Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada para pengikut gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang jahat ini dan kembali kepada Tuhan yang benar"[4]. Gnostisisme percaya bahwa sekelompok orang tertentu menerima pengetahuan (gnosis) yang pasti, mutlak, personal dan menjamin keselamatan. Maka, konsep pengetahuan ini tidak terbuka bagi semua orang (eksoteris), karena menurut gnostisime pengetahuan atau gnosis itu hanya dibuka atau tersedia bagi kalangan terbatas “orang dalam” sendiri (esoteris)[5].

Karena itu, usaha untuk memahami dunia ini dan usaha memahami siapa Yesus bukan pertama-tama sebagai Sang Penyelamat yang datang ke dalam dunia tetapi sebagai tokoh yang dapat mengantar “orang dalam” (kalangan gnostik) untuk membebaskan roh yang terpenjara dari dunia ini. Karena itu, Edwin K. Broadhead menulis bahwa peran Yesus dalam Injil Thomas adalah sebagai sang tokoh kunci untuk memahami dunia dan tokoh pembebas bagi kaum gnostik Kristen. Kita dapat menemukan indikasi yang cukup kuat berbicara tentang hal ini dalam tiga logia yakni logia 17, 77 dan 108[6]. Penulis secara khusus memperhatikan Logia 108 yang tentunya menjadi sebuah pintu masuk bagi pemahaman gnostisisme dalam Injil Thomas.

2. Logia 108: One’s status is determined wholly in relation to Jesus
“Yesus berkata: Siapa yang minum dari mulutKu ia akan menjadi sama seperti Aku; dan Aku sendiri akan menjadi sama seperti dia; dan hal-hal yang tersembunyi itu akan dinyatakan kepadanya”

Pada dasarnya logia ini mau menunjuk bagaimana status baru seseorang yang ditentukan oleh relasinya dengan Yesus. Kata kunci yang perlu dipahami dari logia ini adalah MINUM DARI MULUT. Bagi Richard Valantasis seorang Professor teks-teks Kristiani awal pada Saint Louis University, pokok pembicaraan dalam logia ini adalah minum dari mulut Yesus yang berarti: to be united with Him[7]. Bagaimana hal ini dijelaskan? Berdasarkan sumber-sumber yang ada, penulis ingin menjelaskan makna Minum dari Mulut pada logia 108.

Siapa yang minum dari mulutKu ia akan menjadi sama seperti Aku

Menurut Richard, kecurigaan pertama banyak orang ketika mereka membaca logia ini adalah ‘orang yang mencari’ (para pencari pengetahuan/kebenaran pada Yesus) dan Yesus akan menjadi satu orang yang sama. Akan tetapi, tekanan mendalam dari logia ini adalah pada mengalahkan kematian melalui membaca dan menginterpretasikan kata-kata, mereferensi terus-menerus pada pahan keabadian serta menjalankan kuasa[8]. Tiga hal ini terkait dengan identifikasi diri sang pencari (pengetahuan sejati) dengan yang dicarinya bila ia sudah berhasil menemukannya[9].

Minum dari mulut Yesus berarti orang ‘meminum kata-kata’ yang Yesus ucapkan. Bagaimana orang mulai untuk meminum kata-kata itu? Hal ini terkait dengan proses menjadi anggota sah dari kelompok agama Kristen gnostik elitis itu. Proses dari simpatisan menjadi anggota sah dimengerti oleh kelompok ini sebagai permulaan transformasi kuasa dan identitas keilahian. Maka, minum dari mulut Yesus berarti juga usaha transformasi, pengkuasaan dan pembaruan identitas[10].

Professor Perjanjian Baru Bertil Gärtner dari University of Uppsala memberi interpretasi senada dengan Professor Richard bahwa minum dari mulut berarti menjadi seperti ‘Dia’ (Yesus) yang memiliki pengetahuan akan kebenaran berupa misteri wahyu yang tersembunyi. Minum dari mulut juga diartikannya sebagai tercipta kesatuan di antara Dia dan saya. Namun, ketika lebih lanjut mengungkap kata-kata ini sebagai salah satu pintu masuk gnostik, ada sesuatu yang menarik dimana Professor Bertil berasumsi bahwa kata-kata ini terkait dengan pembentukan partikel terang di dalam manusia dan terang kekekalan dari Yesus.

Professor Bertil tidak sekedar menafsir kata-kata ‘minum dari mulutKu dan kamu akan menjadi seperti Aku’ sebagai pembentukan partikel terang di dalam diri manusia dan terang kekekalan dari Yesus. Paham ini berdasarkan pada paham gnostik yang diupayakan oleh para penganutnya untuk melawan tradisi lain yang menafsir secara keliru arti dari minum dari mulut Yesus. Beril menemukan bahwa ungkapan minum dari mulut Yesus ini dipakai juga oleh aliran manikeisme yang melegitimasi kemabukan dalam arti duniawi[11].

Dalam buku mazmur kaum manikeisme, di sana dituliskan kemabukkan diakibatkan oleh adanya anggur baru yang diberikan oleh Yesus untuk diminum. “Mereka yang minum anggurMu, hati mereka bergembira di dalamnya, mereka minum dengan cintaMu dan kesenangan membentang atas mereka (151.14f)”.
Penganut manikeisme mungkin berasumsi bahwa karena anggur baru diberikan oleh Yesus maka kemabukan tidak menjadi masalah. Karena itu, kelompok manikeisme ini dianggap oleh penulis Injil Thomas sebagai mereka yang salah menafsir ajaran Yesus. Maka penulis dapat memahami logia 13b yang rupanya merupakan bentuk keprihatinan kaum gnostik terhadap kelompok manikeisme ini. “Yesus berkata: Bukan gurumu Aku sebab engkau telah minum, telah mabuk minum dari mata air mengalir, yang telah Aku ukur”.

Professor Bertil berasumsi bahwa mulut (minum dari mulut Yesus) juga terkait dengan ide Logos (inkarnasi Putera). Maka, sebetulnya kaum gnostik juga menerima ungkapan kemabukan (intoxication) tetapi dalam arti mendapatkan pengetahuan yang sejati tentang Sang Logos. Kalau demikian maka penulis dapat meyakini bahwa kaum gnostik dipengaruhi pula oleh aliran lain dalam lingkup kekristenan awal yang mengklaim kebenaran bertolak dari the odes of Solomon (puji-pujian/kata-kata kebijaksanaan Salomo)[12]. Banyak orang yang terpikat dengan the odes of Solomon ini walau dibantah keasliannya oleh kalangan Kristiani, Yahudi dan sebagian kaum Gnostik pula. Tetapi lama-kelamaan the odes of Solomon berpengaruh bagi kaum gnostik karena ada sebuah kisah tentang munculnya Logos (inkarnasi Putera) dari mulut Tuhan Yang Mahatinggi seperti yang diungkapkan oleh Professor Mertil. Logos itu berciri ilahi dan dapat membawa manusia sampai pada tahap membebaskannya dari belenggu dunia jika manusia mengikutinya. Karena itu ada ode of Solomon yang berbunyi: “Sebab mulut Tuhan adalah Sabda yang benar dan pintu yang berasal dari terang. Mulut Yang Mahatinggi berbicara bagi mereka dan pemahaman akan diriNya telah dibagi-bagikan kepada mereka oleh Dia” (12.3). Logos itu ilahi karena diklaim sebagai mulut Tuhan. Maka, pernyataan ini diikuti oleh kaum gnostik sehingga ‘Mulut’- spekulasi Logos juga dikaitkan dengan ‘kemabukan yang baik’, mabuk akan air hidup yang datang dari Mulut Tuhan. Mabuk karena minum dari mulut Yang Mahatinggi diartikan oleh kaum gnostik Kristen dengan suatu relasi mendalam dengan Yesus yang berujung pada pengilahian manusia gnostik itu sendiri.

Di dalam fraseologi ode 30 of Solomon, ditemukan pernyataan: “rasakanlah bagi dirimu air yang berasal dari sumber yang hidup yang berasal dari Tuhan sebab sumber air itu telah terbuka bagimu. Datanglah semua yang haus dan minumlah. Beristirahatlah dalam sumber hidup dan murni yang berasal dari Tuhan itu dan ia akan memberikan ketenangan dalam batin. Air itu lebih manis daripada madu karena air itu mengalir dari bibir Tuhan dan dari hati Tuhan itulah namanya.......Terberkatilah mereka yang telah minum dari air itu dan merasakan ketenangan di dalamnya. Alleluya”[13]. Pernyataan di atas bagi penulis cukup indah dan sangat inspiratif. Kemungkinan sair-sair ini memang sangat berpengaruh luas bahkan gaungnya menggema juga dalam Injil Yohanes 4:1-42, 7: 37-38.

Terlepas dari dua tradisi yang turut membentuk (pernyataan MINUM DARI MULUT) paham gnostik dalam Injil Thomas, ada tokoh Anand Krishna yang menafsirkan secara bebas konsep tentang siapapun yang minum dari mulutKu. Namun, bukan berarti pemahaman Krisna tidak bernilai. Anand juga senada dengan tafsiran kedua professor di atas. Ia mengungkap bahwa siapapun yang menghayati kata-kata dari Yesus ini akan menjadi sama seperti Dia. Karena itu, kesadaran Yesus bisa dicapai oleh siapa saja. Nada seperti ini sudah diungkapkan oleh Professor Bertil sebelumnya dimana ia mengaitkannya dengan Acts of John (kisah-kisah Yohanes, tulisan bernada gnostik dari abad 2-3). Bertil mengutip kata-kata dari Acts of John itu sebagai berikut: “Tetapi ketika kodrat manusia diangkat, bangsa yang tertarik mendengarkan dan menaati suaraKu saat itu pula akan bersatu denganKu dan mereka tidak seperti keberadaannya yang sekarang tetapi lebih dari itu, mereka menjadi seperti Aku. Sebab begitu lama Aku tidak menjadi seperti yang sekarang dan kini Aku menjadi seperti yang sekarang”[14].

3. Konsekuensi dari MINUM DARI MULUT YESUS
Konsekuensi orang yang minum dari mulut Yesus adalah dia akan menjadi sama seperti Yesus dan Yesus akan menjadi sama seperti dia. Menjadi seperti Dia merupakan ‘hadiah’ yang diterima oleh para pencari/pengikut gnostik karena pencarian pengetahuan sejati yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Para pencari pengetahuan ini akan menjadi tahu rahasia-rahasia besar dan menjadi kelompok yang dekat dengan Yesus sebagai jalan keselamatan. Maka, kita dapat sampai pada pertanyaan: ”Apakah yang dimaksud dengan hal-hal yang tersembunyi akan dinyatakan kepadanya?”

Rupa-rupanya paham tentang hal-hal yang tersembunyi akan dinyatakan kepadanya terkait dengan paham keselamatan yang tidak lain adalah soal pengetahuan. Pengetahuan di sini diyakini sebagai pengetahuan yang diwahyukan oleh Yesus kepada mereka (kaum gnostik) yang tidak diwahyukan kepada orang lain. Professor Bertil mengatakan bahwa hal-hal yang tersembunyi yang dinyatakan kepada seorang gnostik terkait dengan pengetahuan misterius yang hanya dapat diberikan kepada mereka yang memintanya. Pengetahuan misterius ini terkait dengan suatu kedamaian yang abadi [15].

C.H. Todd melihat gnostisisme sebagai paham yang merupakan bentukan dari dua aliran yakni dualistik Yunani dan docetisme[16]. Maka mengikuti dua aliran ini, pengetahuan yang tersembunyi itu terkait dengan usaha melepaskan roh dari penjara dunia material yang jahat. Peran Yesus adalah model sempurna bagi usaha mencapai pembebasan roh dari dunia material. Yesus adalah seorang yang datang untuk membawa pengetahuan yang sempurna dan tersembunyi itu. Karena itu, yang paling penting dalam paham keselamatan kaum gnostik ini adalah duduk dekat Yesus dan tahu betul apa yang dikatakannya. Usaha menjadi satu dengan Yesus merupakan ciri bahwa orang telah mencapai suatu pengetahuan yang tersembunyi, penuh dan tak akan mati. Karena itu, logia 108 dapat dengan mudah kita pahami bahwa keselamatan kaum gnostik itu terkait penuh dengan menemukan makna kata-kata dari Yesus. Kalau orang menemukannya maka mereka akan hidup dalam keabadian.

Dengan demikian, senada dan tepatlah kesimpulan Romo Indra bahwa bahwa injil ini menawarkan keselamatan yang tidak datang ke dalam dunia (karena dunia adalah jahat sehingga harus dihindari), tetapi justru membebaskan roh terpenjara ini dari dunia ini. Inilah tokoh Yesus yang dianggap sebagai orang yang merealisasikan keselamatan macam ini kepada kaum gnostik[17].

Penutup
Penulis akhirnya menemukan kesan kuat bahwa pernyataan Yesus mengenai: “Siapa saja yang minum dari mulutKu akan menjadi seperti Aku” merupakan ungkapan yang sudah lazim dalam tradisi abad 2 (atau mungkin sejak Yesus) tetapi tidak selalu sama ketika diinterpretasikan oleh berbagai kelompok yang ada waktu itu. Kaum gnostik menafsirkannya sebagai kesatuan dengan Yesus sampai menjadi satu orang saja. Kesatuan ini diawali dengan suatu pintu masuk dalam pola umum keanggotaan kaum elitis gnostik dan ketika orang berhasil masuk dan menemukan makna di balik kata-kata Yesus itu, mereka memiliki suatu kuasa transformatif yang setara dengan “kuasa kata dan pribadi Yesus”. Karena itu, para pengikut gnostik kerapkali mengidentifikasi diri sebagai Yesus yang mengatakan Barangsiapa yang minum dari MulutKu akan menjadi sama seperti Aku (Paper Kitab Non Kanonik, by Samson Kono).

Daftar Bacaan
Besorah, M.. (Herlianto, teks),
“Injil Thomas-Sejarah Alkitab Indonesia” dalam www.yabina.org, 1.
Broadhead E. K.,
2000 “An uthentic Saying of Jesus in the Gospel of Thomas?” dalam New Testament Studies, 141.
Gärtner, B.,
1961 The Theology of The Gospel According to Thomas, Harper & Broders Publishers, New York , 130-134.
Haskin, W.,
1971 “PERSOALAN LOGIA JESOU di dalam Indjil Thomas” dalam sebuah orasi ilmiah yang dilengkapi dengan terjemahan lengkap dari Injil Thomas, BPK, Djakarta.
Indrasandjaya, V., Pr.,
2008 “KANON, KANONIK dan NON-KANONIK I”, Handout Kuliah seminar Injil-injil non Kanonik, FTW, Yogyakarta, 19.
Krishna, A..,
1999 ISA Hidup dan Ajaran Sang Masiha, Gramedia, Jakarta.
Pagels, E. H.,
1999 “Rxegesis of Genesis 1 in The Gospels of Thomas and John” dalam Journal of Biblical Literature, 477.
Ramadhani, D., SJ,
2007 menguak injil-injil rahasia, Kanisius, Yogyakarta.
[1] Dr. R. W. Haskin, “PERSOALAN LOGIA JESOU di dalam Indjil Thomas” dalam sebuah orasi ilmiah yang dilengkapi dengan terjemahan lengkap dari Injil Thomas, BPK, Djakarta 1971. Penulis menggunakan versi ini. Ada versi lain yang diterjemahkan bebas oleh Anand Khrisna dalam bukunya berjudul ISA Hidup dan Ajaran Sang Masiha, Gramedia, Jakarta 1999 (sebuah tafsiran bebas).
[2] Tepatnya 47 logia dari Injil Markus, 17 logia dalam Injil Mateus, 4 logia ada dalam Injil Lukas dan 5 logia ada dalam Injil Yohanes. Milis Besorah (Herlianto, teks), “Injil Thomas-Sejarah Alkitab Indonesia ” dalam www.yabina.org, 1.
[3] V. Indra Sanjaya, Pr., “KANON, KANONIK dan NON-KANONIK I”, Handout Kuliah seminar Injil-injil non Kanonik, FTW, Yogyakarta 2008, 19.
[4] Milis Besorah (Herlianto, teks), “Injil Thomas-Sejarah Alkitab Indonesia ” , 1.
[5] Deshi Ramadhani, menguak injil-injil rahasia, Kanisius, Yogyakarta 2007, 34.
[6] Edwin K. Broadhead, “An uthentic Saying of Jesus in the Gospel of Thomas?” dalam New Testament Studies, 2000, 141.
[7] Richard Valantasis, The Gospel of Thomas, Roudledge, London and New York 1997, 10.
[8] Richard Valantasis, The Gospel of Thomas, 188.
[9] Richard Valantasis, The Gospel of Thomas, 189.
[10] Richard Valantasis, The Gospel of Thomas, 189.
[11] Bertil Gärtner, The Theology of The Gospel According to Thomas, Harper & Broders Publishers, New York 1961, 130-134.
[12] Bertil Gärtner, The Theology of The Gospel According to Thomas, 132.
[13] Bertil Gärtner, The Theology of The Gospel According to Thomas, 132.
[14] Bertil Gärtner, The Theology of The Gospel According to Thomas, 132.
[15] Bertil Gärtner, The Theology of The Gospel According to Thomas, 131.
[16] Elaine H. Pagels, “Rxegesis of Genesis 1 in The Gospels of Thomas and John” dalam Journal of Biblical Literature, 1999, 477.
[17] V. Indra Sanjaya, Pr., “KANON, KANONIK dan NON-KANONIK I”, 18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar