Kamis, 23 Februari 2012

Terungkapnya Kisah yang membisu, Yang Melintas Waktu

“Siapa mau menjadi imam?”, sapa seorang imam kepada anak-anak  yang mengikuti misa stasi malam itu, termasuk saya. Konon kata ibu, hanya saya yang mengangkat tangan saat itu.
“Tri, kamu mau menjadi imam, kamu mau?”, tanya imam itu kepada saya. Dan sekali lagi kata ibu, saya mengangguk tanpa sedikitpun kata-kata untuk menjawab pertanyaan imam.
Kisah sederhana ini saya dengar belum lama. Setidaknya setelah saya melewati masa toper. Kisah sederhana ini baru saya terima saat saya untuk pertama kalinya bercerita kepada ibu bahwa saya sedang jatuh cinta. Sembari tiduran dan nonton acara televisi di ruang belakang, saya bercerita banyak tentang sahabat saya. Saya bercerita sembari menunjukan beberapa gambar dirinya. Ibu pun melihat dan mendengar cerita saya dengan tenang, tidak banyak komentar. Saya tidak tahu apa yang ibu rasakan saat itu. Bagi saya, kisah ini harus ibu dengar. Setidaknya ibu tahu dan memahami pergulatan yang sedang saya hadapi. Atau setidaknya ibu pernah mendengar bahwa saya jatuh cinta. Dibalik semua itu, saya sebenarnya memancing bagaimana reaksi ibu terhadap kisah cinta saya. Namun ibu tidak banyak menanggapi. Malahan ibu bercerita tentang kisah sederhana yang lama tersimpan dalam kebisuan ingatan ibu selama bertahun-tahun. Kisah sederhana yang membuat saya terheran-heran atas apa yang saya lakukan saat itu. Saya sampai bertanya kepada ibu, “Bener bu, aku tunjuk jari sendiri? Tidak ada yang lainnya?”. Seakan hati saya tidak percaya dengan apa yang saya perbuat saat itu, “masa sich…?”. Ibupun mengangguk dan melanjutkan kisah-kisah masa kecil saya yang tidak pernah ia ceritakan sebelumnya. Sementara saya mendadak diam mendengar kisah-kisah masa kecil saya dengan seksama.
Untuk beberapa waktu, saya terus dibayang-bayangi kisah masa kecil itu. Hati saya masih terheran-heran, saya masih belum percaya. Akan tetapi, tidak saya pungkiri bahwa ada semburat senyum yang lantas muncul dalam hati saya, seolah ingin menertawakan tindakan saya saat itu.

Ibu, Terimakasih untuk ceritamu itu
Ibu, terimakasih untuk ceritamu itu. Setidaknya saya menemukan jawab atas panggilan yang sedang saya geluti di tengah kegalauan batin saat ini. Saya bisa mengambil beberapa makna atas kisah hidup saya yang sederhana. Kisah yang ternyata merangkai dan membingkai gambar imamat yang sedang saya jalani. Melalui kisah itu pula, Tuhan hadir dan menyapa saya. Tuhan menjadi nyata dalam kehadiran seorang ibu yang penuh cinta, sabar dan memberi peneguhan. Ya, kisah sederhana yang mengagumkan. Mau tidak mau saya hanya bisa bersyukur kepada-Mu atas makna dibalik kisah sederhana yang saya temukan. Melalui perjumpaan makna dibalik kisah itu, saya sungguh ditemani, saya diteguhkan, saya dibangunkan dan diarahkan untuk terus berjalan bersamaMu di jalan panggilan.
Saya bersyukur boleh mengalami semua peristiwa kasih dalam hidup. Kasih yang terwujud melalui perjumpaan dengan banyak pribadi. Mereka memberikan cinta, perhatian, dukungan, dan semangat yang mengagumkan. Bahkan tidak jarang kritikan-kritikan konstruktif turut mengisi lembaran hidup panggilan saya. Kehadiran mereka sangatlah berarti, sebab kehadiran mereka adalah bukti saya tidak sendiri. Saya ditemani di dalam menjalani panggilan. Oleh karena itu, saya merasa panggilan bukanlah keterasingan dari dunia, tetapi bagaimana menjadi manjing ajur ajer dengan berbagai pribadi yang Engkau percayakan kepada saya. KasihMu juga tampak dalam berbagai peristiwa hidup yang membahagiakan, menyedihkan, membuat emosi, menantang afeksi dan lain sebagainya. Singkatnya, semua isi kisah hidup saya adalah mutiara berharga yang Engkau berikan sebagai bekal hidup saya selanjutnya.

Tuhan, Aku Mencintai-Mu dan Melayani-Mu
Sebagaimana hidup saya adalah mutiara berharga pemberian-Mu. Demikian hidup ingin saya persembahkan kembali kepada-Mu. Panggilan yang sedang saya lakoni saat ini adalah berkat. Panggilan imamat adalah mutiara berharga. Mutiara sebagai tanda kasihMu kepadaku. Mutiara kasih yang mengalir dalam hidup. adapun kasih imamat-Mu itu menggetarkan cinta dan pelayanan saya kepada-Mu. Sebab Engkau sendiri telah lebih dulu menyematkan cinta dan kasih-Mu dalam hidup saya. Ya, betapa besar cinta-Mu  kepada saya. Cinta yang mewujud melalui keluarga, teman, serta orang-orang yang mencintai saya. Mereka adalah bukti kehadiran-Mu yang paling nyata.
Saya merenungkan juga perjalanan panggilan saya yang tidak pernah lepas dari pergulatan. Namun toh akhirnya, saya memutuskan “Ya” untuk panggilan-Mu. Ada semangat yang selalu menguatkan dan meneguhkan panggilan saya, yakni cintaMu kepadaku. Perlahan tetapi pasti, cinta-Mu mengundang saya menjadi lebih dekat denganMu. Inilah salah satu dasar kesetujuan saya menanggapi cinta-Mu. Bahwa saya ingin menanggapi cinta-Mu dengan mencintai-Mu. Konkretnya melalui apa? Melalui pelayanan suci kepadaMu dan sesama sebagai seorang imam. Engkau mencintai saya, demikian saya mencintaiMu.
Dengan semangat itulah, saya ingin mengabdikan diri pada pelayanan yang meneladan Yesus, PuteraMu. Pelayanan yang mendarat di Gereja Keuskupan Purwokerto sebagai tempat  mekarnya pelayanan kasihMu. Untuk itu sebagai seorang imam diosesan, saya dipanggil untuk berkembang di tengah umat yang saya layani. Demikian apik ungkapan ini, “imam praja iku laire sekang umat, gole gedhe karo umat, gole berjuang bareng umat” seakan mengingatkan dan memberi peneguhan bahwa kelahiran, kehidupan, dan perjuangan seorang imam ada di tengah umat. Seorang imam tidak akan pernah lepas dari yang namanya umat. Merekalah yang mestinya menjadi subyek dari pelayanan. Mereka adalah saudara-saudari saya dalam Yesus Kristus yang bersama-sama mencari dan mendekati hatiNya yang penuh cinta. Saya mencintaiMu dan ingin melayaniMu sebagai seorang imam yang mencintai dan melayani umatMu di Keuskupan Purwokerto. Demikian semangat ini terus mengobarkan api panggilan saya. Demikian Ia terus menggelisahkan hidup saya dengan berbagai peristiwa yang mengajak saya bermenung dan mengambil jarak untuk tetap berdiam bersamaNya serta terus mengabdiNya. Semoga Tuhan memampukan saya -Trie-