Sabtu, 21 Februari 2009

Dinamika Relasi Yesus Dengan Yudas

Dalam Injil Yudas

Sebuah Problema
Yudas Iskariot merupakan salah satu pribadi yang masuk dalam lingkaran keduabelas murid Yesus. Ialah yang mengkhianati Yesus dengan menyerahkan-Nya kepada Pontius Pilatus. Kehidupan-Nya di dunia berakhir dalam peristiwa salib yang ia terima[1]. Kitab-kitab Kanonik memahami Yudas sebagai pengkhianat yang mengantarkan Yesus pada kematian. Namun, dalam perjalanan waktu ada persoalan dalam memahami sosok Yudas dalam peristiwa kematian Yesus. Apakah tindakan Yudas sekedar memenuhi nubuat para nabi dalam kitab Suci, yakni menyerahkan Yesus pada kematian untuk menebus dosa manusia, melakukan apa yang Yesus perintahkan kepadanya? Mengapa Yudas menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi dengan tanda ciumnya, hanya demi uang 30 perak? Apakah yang dimaksudkan Injil Perjanjian Baru? Kesempatan kali ini, Penulis tidak akan menjawab seluruh pertanyaan itu. Penulis hanya akan mengulas problematika, serta dinamika Injil Yudas yang menggemparkan dunia (publikasi, propaganda media). Dengan begitu Injil Yudas dapat dipahami secara benar dalam konteks iman kekristenan.

Konteks Injil Yudas
a. Historisitas Injil Yudas
Injil Yudas telah diketahui melalui Irenaeus, uskup Lyons abad kedua. Dia menyebutkannya hampir di bagian akhir buku pertamanya yang merupakan bagian dari lima buku karyanya dengan judul Agains Heresies. Buku itu ditulis sebagai tanggapan atas adanya guru-guru palsu. Beberapa hal yang dikatakan oleh Irenaeus mengenai sekte yang ada dibalik Injil Yudas. Ada istilah-istilah senada dalam Injil Yudas, seperti “bintang-bintang pengiring”, tidak diragukan adalah sesuatu seperti para malaikat penjaga. Irenaeus memiliki pengetahuan rinci mengenai komunitas yang menciptakan Injil Yudas. Berdasarkan pernyataannya: ia telah mengoleksi tuisan-tulisan mereka[2]. Penemuan lain adalah mengenai gerakan Kainit, suatu gerakan yang diduga menggunakan Injil Yudas, dalam tulisan yang dibuat Tertulianus dan beberapa bapa perintis gereja mula-mula lainnya.

Tidak sampai 1800 tahun kemudian, ditemukan kembali teks Injil Yudas yang telah lama hilang. Hal itu dilontarkan oleh National geographic Society. Buku itu ditemukan kembali 3 dekade yang lalu di luar El Minya, Kairo, Mesir. Teks tersebut ditulis dalam bahasa Mesir kuno: Koptik. Bahasa Koptik diciptakan oleh penulis Mesir, mirip Yunani. Koptik memiliki peran penting dalam bahasa salama kristenisasi Mesir di awal abad Masehi. Penulisan Injil Yudas dapat ditinjau dari penanggalan radio karbon yang menunjukan bahwa buku ini ditulis pada suatu rentang waktu antara pertengahan abad ketiga dan akhir abad keempat. Injil Yudas diperkirakan muncul pertengahan Abad pertama dengan menggunakan bahasa Yunani. Penulisan Injil Yudas, perkiraan para ahli, sekitar tahun 300 hingga 320 CE. Akhirnya tidak begitu jelas bagaimana sejarah Injil Yudas tercipta. Yang dapat kita simpulkan bahwa Injil Yudas pernah muncul dalam komunitas tertentu. Soal waktu dan siapa yang menuliskannya masih menjadi tanda tanya?

b. Nuansa Gnostisisme Dalam Injil Yudas
Ada beberapa nuansa Gnostisisme yang mengalir dalam Injil Yudas. Penulis membaginya dalam beberapa point, antara lain :

1. Paham mengenai keselamatan
Gnostisime: gnosis berarti pengetahuan, bukan ilmu tetapi ngelmu, kebatinan[3]. Gnostis menjadi semacam agama yang menawarkan pengetahuan sebagai jalan keselamatan. Pengetahuanlah yang akhirnya menentukan keselamatan itu berlangsung atau tidak. Bagi Gnostik, paham keselamatan diperoleh dari pengetahuan, yakni pengetahuan tentang rahasia dunia dan kebenaran dirinya. Ehrman menuliskan demikian :
For Gnostic, a person is saved not by having faith in Christ or by doing good works (Ehrman is here confusing Paul’s teaching about “salvation” with his view of “justification,” but this need not distract us here). Rather, person is saved by knowing the truth-the truth about the world we live in, about who the true God is, and especially about who we ourselves are. In other words, this is largely self-knowledge: Knowledge of where we came from, how we got here, and how we can return to our heavenly home…For those Gnostics who were also Christian (many Gnostics were not), it is Christ himself who brings this secret knowledge from above. He reveals the truth to his intimate followers, and it is this truth that can seth them free[4].

Keselamatan bukan berasal dari iman kepada Kristus yang melakukan karya baik, namun keselamatan itu didapat dari pengetahuan akan kebenaran itu sendiri. Paham seperti itu hanya ditemukan dalam Gnostisisme. Untuk itulah Injil Yudas sangat bernuansa Gnostik[5]. Adapun komunitas yang menggunakan Injil Yudas menekankan perhatian pada, “a dialog between Jesus and Judas”. Percakapan Yesus dan Yudas yang berpuncak pada perintah Yesus kepada Yudas untuk melepaskan-Nya dari tubuh yang fana, yakni dengan kematian[6].

2. Pola pikir Gnostis yang irasional
Ciri Gnostisisme yang lain ialah pola pikirnya yang irasional. Kelompok Gnostik amat mempercayai bahwa perasaan, pewahyuan, serta penglihatan-penglihatan akan sesuatu dapat dialami siapa saja[7]. Namun keterpilihan untuk menerima pewahyuan, penglihatan dikhususkan bagi orang-orang yang berpengetahuan dan tidak semua orang mampu mengalaminya.

3. Tidak ada paham penciptaan
Komunitas Gnostisisme rupanya berlawanan arus dengan Gereja Katolik. Hal tersebut dapat ditemukan dalam paham penciptaan. Gereja Katolik mengenal adanya penciptaan oleh Allah atas dunia dan segala isinya. Ciptaan tersebut baik adanya. Sementara dalam paham Gnostisime, penciptaan yang dimaksud adalah penciptaan sebagai buah karya dewa tertentu. Dewa tersebut berada di bawah dewa tertinggi. Dewa yang melepaskan diri dari dewa tertinggi. Penciptaan yang dilakukan adalah bersifat fana, tidak baik. Hal ini lahir dari pemahaman dewa gnostis yang memiliki sifat jahat, egois, dan tidak cakap. Ia menciptakan dunia sebagai tempat yang fana dan jahat[8].

Gnostisisme disinyalir berasal dari kelompok intelektual Yudaisme yang berkembang menjadi anti Yahudi. Pemikiran Gnostik berseberangan dengan Yahudi kendati ada beberapa teks meminjam pernyataan beberapa tokoh Alkitab. Gnostisisme mengkritik Yudaisme pada tiga pendapat[9] yaitu penciptaan (Allah yang agung adalah Allah pencipta), pemilihan (Allah yang sejati menyatakan diri-Nya kepada orang Israel), dan pernyataan (Allah yang sejati menyatakan diri-Nya secara terbuka dan obyektif).


Eksistensi Yudas Di Mata Yesus : Perspektif Injil Yudas
Para Murid Marah
“……………..Tetapi roh mereka tidak berani berdiri di hadapan(nya), kecuali Yudas Iskariot. Yudas mampu berdiri di hadapannya, tetapi tidak dapat menatap matanya, dan dia memalingkan wajahnya.
Yudas (berkata) kepadanya, “Saya tahu siapa engkau sesungguhnya dan dari mana asalmu. Engkau berasal dari alam yang tak mengenal kematian, tempat kediaman Barbelo. Dan saya tak pantas untuk mengucapkan nama Dia yang telah mengutusmu”
(Injil Yudas hal. 7).
(Teks ini sekedar mau menampilkan kristologi injil Yudas yang bernuansa Gnostik[10]).

a. Individualisme Yang Radikal Dalam Injil Yudas
Individualisme dalam Injil Yudas menunjuk pada diri Yudas yang istimewa di mata Yesus. Keistimewaan itu ditunjukan beberapa teks dalam Injil Yudas sebagai berikut :
· Telah membuat kalian marah (di dalam) hati kalian. (biarlah) seseorang di antara kalian yang (cukup kuat) di antara manusia menunjukan kemanusiaannya yang sempurna dan berdiri di hadapanku (Injil Yudas hal 7.)
· Inilah kisah rahasia mengenai pewahyuan yang diucapkan oleh Yesus dalam pembicaraannya dengan Yudas (Injil Yudas hal.3).
· Jauhilah yang lain , dan aku akan membertahukan kepadamu misteri-misteri kerajaan (hal. 9).
· Tetapi Roh mereka tidak berani berdiri dihadapan(nya) kecuali Yudas Iskariot (hal. 7)
· Saya tahu siapa Engkau sesungguhnya dan dari mana asalmu..(hal. 8)
· Lihat,, Aku telah menjelaskan kepadamu misteri-misteri kerajaan dan telah mengajarkan kepadamu mengenai kesalahan bintang-bintang…dst (hal. 21)
· Tetapi engkau akan lebih besar daripada mereka semua; karena engaku akan mengorbankan wujud manusia yang meragai diriku (hal.36)

Teks-teks di atas menampilkan bagaimana posisi Yudas dalam Injil ini. Yudas adalah pribadi yang istimewa. Ia paling banyak berbincang dengan Yesus, bahkan kepada dirinyalah Yesus menyampaikan rahasia-rahasia-Nya yang tidak diketahui oleh para murid lain. Puncak dialog antara Yesus dengan Yudas akhirnya berpuncak pada peristiwa perjamuan, Yesus mengingatkan Yudas bahwa “engkau,Yudas, akan lebih besar daripada mereka semua; karena engkau akan mengorbankan wujud manusia yang meragai diriku” (dalam Injil Yudas). Pengenalan Yudas akan Yesus adalah sesuatu yang istimewa, “saya tahu siapa engkau sesungguhnya dan darimana asalmu”. Pengenalan tersebut tidak dialami oleh keduabelas rasul yang lain. Inilah peran sentral Yudas. Ialah yang mampu mengenal Yesus dan dialah yang menerima rahasia-rahasia dari-Nya. Pemikiran semacam ini sangat melekat dan khas Injil Yudas. Rahasia-rahasia Yesus hanya diketahui oleh orang tertentu yakni yang berpengetahuan. Point ini menunjukan betapa besar pengaruh gnostis dalam Injil Yudas. Peran individu, Yudas, sangat ditonjolkan. Ia menyampaikan rahasia-rahasia hidup-Nya hanya kepada masing-masing pribadi yang mampu mengenalnya dengan kehebatan pengetahuan yang dimilikinya.
Individualisme dalam Injil Yudas sangat kentara dalam peran masing-masing pribadi, tokoh, dalam mendapatkan pengetahuan. Tidak semua orang mampu mengenal Yesus.

b. Kristologi Yudas yang bernuansa Gnostik
“…Yudas (berkata) kepadanya, “Saya tahu siapa engkau sesungguhnya dan dari mana asalmu. Engkau berasal dari alam yang tak mengenal kematian, tempat kediaman Barbelo. Dan saya tak pantas untuk mengucapkan nama Dia yang telah mengutusmu”

Konsep pemikiran Injil Yudas dan Kitab Kanonik mengenai Yesus tentu sangat bertolak belakang. Dalam pemikiran Injil Yudas, Yesus adalah pribadi yang berasal dari “alam yang tak mengenal kematian, kediaman Barbelo”. Kitab Kanonik meyakini Yesus Putra Bapa yang berinkarnasi untuk menyampaikan kabar gembira keselamatan bagi semua orang. Demikian pula pemahaman mengenai Yudas Iskariot.

Kutipan teks di atas kiranya menjadi titik tolak tulisan selanjutnya. Apa yang dimaksud dengan alam yang tak mengenal kematian? Siapakah Barbelo? Untuk menjawabnya, penulis mengambil beberapa pendapat mengenai Barbelo[11]. Barbelo adalah emanasi pertama dari Tuhan dalam pemikiran Gnostik aliran set.
Barbelo refers to the first emanation of God in the various Sethian Gnostic cosmogonies. This figure is also variously referred to as “Mother-Father”, First Human Being”, “The triple Androgynous Nama, or “Eternal Aeon”[12].

Barbelo dipahami dengan berbagai macam bentuk. Ada konsep emanasi, konsep triple androgenes, Bapa-Ibu surgawi, dsb. Semua istilah itu muncul semata dalam pemikiran gnostik.
Pemahaman mengenai Yesus berasal dari dunia yang tak mengenal kematian sangat kentara dalam pemikiran Gnostik. Pemikiran Kristologisnya lebih popular dengan sebutan docetisme. Docetisme percaya: Yesus hanya terlihat (Yunani: dokeo) seperti manusia. Esensi Yesus bukan manusia. Mereka menolak kemanusiaan Yesus. Yesus tidak mungkin menjadi manusia karena tubuh manusia adalah jahat. Yesus ditampilkan dengan pribadi yang dapat hadir dimana-mana, dalam bentuk apa saja, dan dapat menampakkan diri sebagai pribadi yang tua maupun anak-anak secara bersamaan[13].

Kemanusiaan Yesus sekedar bayang-bayang, namun anehnya mereka percaya bahwa Yesus terperangkap dalam tubuh jasmaniah. Untuk itu Yudas tampil menjadi penolong bagi-Nya. Kedua pemahaman terlihat berlawanan. Di satu sisi, Yesus berasal dari tempat kediaman Barbelo, seolah-olah manusia. Di sisi lain, Ia memerlukan Yudas untuk membebaskan dari keterbatasan dan keburukan tubuh materi.

Apabila mengingat kembali tulisan di atas tentang penolakan Gnostisisme mengenai penciptaan. Rupanya Gnostisisme tidak mengenal realitas penciptaan. Mengapa demikian? Hal tersebut dapat dinalar bahwa adanya penciptaan sebagai realitas yang jahat. Penciptaan merupakan hasil ciptaan dewa jahat, bodoh, dan tolol, “The world as we know ut was made by a bad, stupid and perhaps capricious god. There is another divine being, a pure, wise and true divinity who is quite different from this creator god”[14]. Realitas dunia tersebut membuat segala sesuatu yang bersifat materi menjadi jahat. Manusia salah satunya. Roh yang terpenjara dalam tubuh. Ungkapan tersebut mau menggambarkan bahwa materi bersifat jahat. Materi, tubuh, memenjarakan roh sehingga keselamatan hanya dapat diperoleh apabila roh tersebut bebas dari keterpejaraan tubuh. Menurut Gnostisisme, keselamatan tersebut dapat diperoleh dengan pengetahuan yang mendalam. Untuk itu, Gnostisisme tidak mengenal penciptaan. Penciptaan oleh Tuhan tertinggi (dalam Gnostis) adalah sesuatu yang tidak mungkin.

Akhir Sebuah Problema?
Setelah membuka, membaca, dan mempelajari kisah Injil Yudas. Penulis menemukan bermacam pendapat dan tafsiran mengenai keberadaan Injil Yudas. Ada pro-kontra atas kemunculan Injil Yudas, ada yang tenang, dan ada pula yang merasa terguncang dalam menanggapinya. Ini biasa terjadi sebagai suatu reaksi yang wajar di tengah kemapanan kekristenan sekarang ini.

Dalam tulisan ini, penulis tidak akan mengambil kesimpulan di tengah penafsiran dan aneka reaksi pro-kontra mengenai Injil Yudas. Artinya, problema dalam Injil Yudas sendiri belum terjawab secara pasti, tetapi perlu direfleksikan lebih jauh lagi. Yang jelas kehadiran Injil Yudas di tengah kemapanan kekristenan sekarang ini mampu memberi wacana baru mengenai paham kekristenan yang pernah berkembang pada masa-masa awal. Penulis berharap dengan mempelajari problematika Injil Yudas, penulis dapat terbantu untuk menularkan informasi yang berguna mengenai Injil kepada semakin banyak orang (pastoral). Setidaknya, pemahaman serta pengenalan terhadap Injil Yudas mampu memberi perspektif baru mengenai dinamika sejarah kekristenan. Sebagai umat Katolik, penulis merasa semakin ditantang untuk berani mempertanggungjawabkan iman kekatolikan kepada semua orang, terlebih di tengah dunia yang plural (Paper Kitab Non Kanonik, by Tri Kusuma).


Daftar Pustaka

A. Buku
Jacob, Tom
2000 Imanuel, Yogyakarta: Kanisius.

Kasser, R, Marvin Meyer dan Gregor Wrust (ed)
2006 Injil Yudas,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ramadhani, Deshi
2007 Menguak Injil-Injil Rahasia, Yogyakarta: Kanisius.

Sanjaya, Indra
2008 Injil Yudas Dan Tiga Puluh Keping Perak, Manuscript Seminar Kitab Non-Kanonik.
2008 Injil Yudas Dan Tiga Puluh Keping Perak, mengambil dari http: // www.kheper.net/topics/Gnosticism/first emanation.html; terdapat dalam Manuscript, Yogyakarta.

Wright, N.T
2006 Judas and The Gospel of Jesus, Grand Rapids, United States : Baker Books.

B. Internet
Herlianto
2007 Injil Yudas menggugat Yesus Injil Kanonik, Sarapan Pagi Biblika, Kamis, 01 Maret 2007, 11:44, herlianto@yabina.org, diakses pada tanggal 03 Maret 2008.

Tupamahu, Ekaputra
2008 Tanggapan Terhadap Injil Yudas, Satyabhakti Advanced School of Theology (STT Satyabhakti): INDONESIA, Saturday, July 14, 2007 diakses pada hari Rabu, 5 Maret 2008 dalam www.google/Injil Yudas/com.

http://www.yahoo/Tanggapan%20Terhadap%20Injil%20Yudas/artikel.com.



[1] Interpretasi Kitab Kanonik.
[2] Nicholas Perrin, The Judas Gospel, Downers Grove: InterVarsity Press, telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yeri Ekomunajat, Injil Yudas: Menggugah atau Menggugat Iman?, Yogyakarta: Andi, 2006, 8.
[3] Tom Jacob, SJ, Imanuel, Yogyakarta: Kanisius, 2000, 156.
[4] N. T. Wright, Judas and The Gospel of Jesus, Grand Rapids, United States : Baker Books, 2006, 104.
[5] N. T. Wright, Judas and The Gospel of Jesus, 31.
[6] N. T. Wright, Judas and The Gospel of Jesus, 31.
[7] Tom Jacob, SJ, Imanuel, 157.
[8] Nicholas Perrin, The Judas Gospel, Downers Grove: InterVarsity Press, telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yeri Ekomunajat, Injil Yudas: Menggugah atau Menggugat Iman?, Yogyakarta: Andi, 2006, 13.
[9] Nicholas Perrin, The Judas Gospel, Downers Grove: InterVarsity Press, telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yeri Ekomunajat, Injil Yudas: Menggugah atau Menggugat Iman?, Yogyakarta: Andi, 2006, 14.
[10] Indra Sanjaya, Pr, Injil Yudas Dan Tiga Puluh Keping Perak, Manuscript Seminar Kitab Non-Kanonik, 2008, 10.
[11] Barbelo adalah istilah Gnostik.
[12] Indra Sanjaya, Pr, mengambil dari http://www.kheper.net/topics/Gnosticism/first%20emanation.html; terdapat dalam Manuscrip, Injil Yudas dan Tiga Puluh Keping Perak, Yogyakarta: 2008, 11.
[13] Ekaputra Tupamahu, Tanggapan Terhadap Injil Yudas, Satyabhakti Advanced School of Theology (STT Satyabhakti): INDONESIA, Saturday, July 14, 2007 diakses pada hari Rabu, 5 Maret 2008 dalam www.google/Injil Yudas/com.
[14] N. T. Wright, Judas and The Gospel of Jesus, 32.

1 komentar: